oleh Mahbub Junaedi pada 08 Juli 2011 jam 10:57
menunggu senja rebah di ufuknya
membaringkan aku di pucuk daun tempat embun bergelayut
membisiki dinding besi
hanya tinggal kau menyiram batu cadas
berharap bersemi pohon yang kau tanam kemarin
selalu ingin kau sembunyi menunggu
karena tak ingin aku beranjak pergi
meninggalkan sepasang tapak basah
tempat kau menangkup tetes air
menghirupnya dengan mulut keringmu
meneguknya bersama pasir putih yang mengendap
semudah itu kau rindu
sebab aku belum sekejap beranjak di kembaraku
menelusuri akar batinmu
demi engkau mengais masa
menimang tangismu saat terpenjara lara
aku memelukmu, tapi kau lebih suka pelukan Kekasihmu Yang Agung
sekalipun terkungkung merinduiku
sekejap kau ingin
sekejap kau mengusung luka
aku melipur dengan syair tanpa makna
hanya bualan serapah
wahai akankah engkau kucurkan beningnya air mata di mulutku?
menjadikanku melahir syairsyair
akan kemanakah setelah itu
akan terbengkalai tertiup angin hingga mengering?
andai aku juga setegar hati karangmu
justru kau bilang hatimu rapuh
memintaku dibangunkan karang yang lain
menancapkan buihbuih
sambil melafal ayatayat di pasaknya
selalu Kekasihmu kau junjung di setiap ujung lidah sucimu
aku sembunyi di kolong katilmu
menantimu menjemput aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar